Kebenaran...... Siapa yang benar???? Menurut siapa sebuah pendapat itu benar? Pendapat siapa yang benar? Pernyataan siapa yang benar? Pertanyaan ini sering terlintas dibenak kita..... Misal, definisi terorisme dan penerapannya sangat sarat muatan politis. Kamus dan Ensiklopedi berbahasa Inggris sebagai produk pabrik ilmu pengetahuan Barat dapat dengan mudah mendikte pemikiran para pembaca yang tidak kritis untuk mengambil kesimpulan bahwa serangan militer Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya, tidak dapat dikategorikan ke dalam teroris. Definisi itu baru dapat operasional jika didukung oleh kekuasaan. Trus apakah kebenaran it hanya untuk penguasa??? Siapa yang mempunyai pengetahuan akan pemegang kekuasaan, siapa yang berkuasa dapat memproduk pengetahuan.
“Pengetahuan adalah kekuasaan”, ujar Francis Bacon, bapak ilmu pengetahuan modern. Harus ada kesamaan dalam menilai kebenaran suatu pemikiran. Kriteria kebenaran yang harus disepakati adalah sebelum melangkah lebih jauh kita artikan dulu apa itu kebenaran.
Kebenaran adalah kesesuaian objek dengan realita atau kesesuaian objek dengan pengetahuan parameter kebenaran:
1. Kebenaran bersifat universal
Kebenaran suatu pemikiran harus bernilai universal, artinya berlaku untuk kapanpun dan dimanapun. Jika tidak demikian maka peserta diskusi yang tempat dan waktu mendapatkan pengetahuan baru tersebut berbeda tidak dapat menerima kebenaran tersebut.
2. Kebenaran bersifat mutlak
Tanpa pandangan tersebut, maka diskusi akan sis-sia. Apapun pengetahuan baru yang ada dalam sebuah diskusi tidak dapat diterima sebagai kebenaran. Sehingga semua perkataan yang dikemukakan dalam sebuah diskusi tidak berbeda dengan kebohongan, ketidakwarasan dan omong kosong.
3. Kebenaran bersifat manusiawi
Artinya bahwa pengetahuan yang disampaikan secara alamiah dapat diterima atau dimengerti oleh manusia. Tak perlu ada rekayasa seperti melalui bujukan, paksaan atau paksaan. Jika ada rekayasa seperti itu maka perlu dipertanyakan kebenarannya. Kebenaran akan diterima jika hal itu memang sebuah kebenaran, diakui secara lisan atau tidak.
4. Kebenaran bersifat argumentatif
Dalam sebuah diskusi, pembuktian terhadap kebenaran sebuah pendapat atau pengetahuan baru harus dimiliki. Argumentasi digunakan untuk menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan baru tersebut sehingga orang lain dapat menilai kebenarannya dari proses tersebut. Argumentasi adalah proses bergeraknya suatu pengetahuan yang menjadi patokan menuju pengetahuan baru (kesimpulan). Dalam menilai kebenaran dan keabsahan argumentasi, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah kebenaran dari isi pengetahuan yang menjadi pijakan. Kedua adalah keabsahan penyusunan pengetahuan-pengetahuan pijakan menjadi suatu kesimpulan (proses pengambilan kesimpulan).
5. Kebenaran bersifat ilmiah
Ini dimaksudkan agar kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan oleh orang lain bahwa pengetahuan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Kebenaran yang tidak dapat dibuktikan oleh orang lain tidak dapat didiskusikan. Artinya bahwa kebenaran tersebut tidak dapat dihukumi untuk orang lain.
Pembahasan selengkapnya donwlaod di sini
comments (0)
Posting Komentar